Ribuan Warga Bangkalan Shalatkan M Noer

RUANG shalat Masjid Alfalah, Sabtu (17/4) pagi itu, terlihat berjejal manusia. Sekitar 500 jamaah orang mengikuti shalat jenazah mantan Gubernur Jawa Timur HM Noer di Masjid Al Falah, Surabaya, Sabtu (17/4/2010) pagi. Shalat jenazah dipimpin KH Ali Muktamar selaku imam shalat rawatib di masjid jamik yang berlokasi di Jalan Darmo, Surabaya itu.     Setelah dishalati hingga pukul 07.45 WIB, jenazah dibawa menuju pemakaman keluarga di kawasan Somor Kompa, Sampang, Madura, melalui Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) sebagaimana wasiat yang disampaikan kepada istri dan anaknya ketika masih hidup.     Jenazah HM Noer diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Ir. Anwari Nomor 11 Surabaya dengan upacara militer yang dipimpin Gubernur Jatim Soekarwo sekitar pukul 07.00 WIB. Pemakaman di Somor Kompa juga akan dilakukan dengan upacara militer yang dipimpin Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) V/Brawijaya Mayjen TNI Suwarno.       Rombongan dari Surabaya menuju Sampang terdiri atas 40 unit kendaraan bermotor, delapan di antaranya bus. Sebelum dikebumikan di Somor Kompa, jenazah HM Noer, disalatkan di Masjid Agung Bangkalan dan Masjid Agung Sampang, sebagai daerah kelahirannya oleh jamaah yang sudah menunggu sejak pagi. Shalat jenasah yang diikuti ulama, kiai, pejabat, santri, dan warga Bangkalan itu diimami K.H. Abdul Adim Cholil.       Setelah dishalati, jenazah penggagas Jembatan Suramadu tersebut dibawa ke Kabupaten Sampang untuk dikebumikan di pemakaman keluarga. Sekitar pukul 09.05 WIB, jenazah diberangkatkan ke Kabupaten Sampang dengan menggunakan mobil ambulans milik TNI untuk dikebumikan di pemakaman keluarga sesuai wasiat almarhum.       Pemakaman HM Noer dilakukan secara militer karena semasa hidupnya almarhum turut memperjuangkan kemerdekaan bangsa yang dibuktikan dengan anugerah Bintang Gerilya dan Bintang Perang Kemerdekaan serta sejumlah tanda jasa lainnya dari Presiden RI.     Mantan Duta Besar RI untuk Perancis itu meninggal dunia di ruang "Intensive Care Unit" Rumah Sakit Darmo, Surabaya, Jumat (16/4) pagi sekitar pukul 08.50 WIB akibat kegagalan fungsi multiorgan tubuh. Penggagas Jembatan Suramadu itu meninggalkan seorang istri, delapan anak (empat laki-laki dan empat perempuan), 21 cucu, dan enam cicit.     Beberapa saat sebelum wafat, Gubernur Jatim periode 1967-1976 itu berwasiat kepada keluarganya agar jenazahnya kelak dishalatkan di tiga masjid, yakni Masjid Al Falah Surabaya, Masjid Agung Bangkalan, dan Masjid Agung Sampang. Selain itu, almarhum juga berwasiat agar jenazahnya dilewatkan Jembatan Suramadu yang pembukaannya diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009 itu. (izr/ico/vd)

BANYAK TKI JATIM HANYA MUDIK PENGHASILANNYA

oleh Nabila Hisbulraman

TIGA puluh hari menjalani puasa pada Bulan Suci Ramadhan adalah suatu masa yang selalu dinanti ratusan juta umat muslim di dunia.

Ketika waktu itu datang, mereka berlomba memperdalam keyakinan hingga sampailah pada puncak keimanan dengan menambah jadwal shalat sunnah dan amal kepada sesama.

Selama puasa hingga lebaran, kata Direktur Utama Bank Jatim, Moeljanto, nilai pengiriman uang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) melalui bank (remitansi) mengalami kenaikan 15 persen.

"Walau mengirim rezeki selayaknya kepada keluarga tercinta di Tanah Air, mereka lebih melihat dalamnya makna di balik pemberian tulus tersebut yakni membantu meringankan beban ekonomi," katanya, di Surabaya, Jumat.

Meski hanya numpang lewat, menurut dia, hal tersebut dapat meningkatkan "fee based income" dan bank juga bisa mengambil margin dari perubahan kurs ke rupiah.

"Dalam kondisi normal, remitansi TKI di bank kami rata-rata Rp3-4 miliar per bulan," ujarnya.

Melihat besaran kenaikan tersebut, ia mengaku, pertumbuhannya tak sebesar pencapaian periode sama tahun lalu yang naik 25 persen. Salah satu pemicunya adalah krisis ekonomi global yang bermuara pada kondisi perekonomian negara tujuan TKI.

"Untuk mengantisipasi masalah itu, kini kami menjalin kerja sama dengan 11 Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) di Jatim," katanya menyebutkan.

Sebagai jasa remitansi, kata dia, pihaknya ingin meningkatkan pembiayaan di sektor ini. Kini, ia telah menyalurkan kredit pra-pemberangkatan kepad PJTKI Yang menjadi mitranya. Marginnya tidak terhitung sebagai "fee base income" karena besarannya sangat kecil dan hal itu sudah dikonversi dalam bentuk bunga pinjaman.

"Sebelum PJTKI berangkat, kami memberi mereka kredit dengan bunga berkisar antara 12,5 persen dan 13 persen per tahun," katanya.

Di sisi lain, untuk kelancaran pengiriman uang dari luar negeri, ia juga menjalin kerja sama dengan MayBank di Malaysia karena penyerapan tenaga kerja dari Jatim ke Malaysia cukup tinggi.

"Bahkan, kami juga akan menjajaki kerja sama dengan Tai Shin Bank di Taiwan dan Hong Kong," katanya.

Berebut Remiten

Selama periode Januari-Juli 2009, Moeljanto menyebutkan bank mencatatkan penyaluran kredit modal kerja, khusus PJTKI sebesar Rp22,5 miliar dengan baki debit Rp11,1 miliar.

"Jadi, masih ada kredit tak terpakai sekitar Rp11,4 miliar dan tingkatan kredit bermasalah (NPL) di sektor ini mencapai 0,9 persen," katanya.

Ia menyatakan, Jatim tercatat sebagai pengirim TKI terbanyak ke luar negeri selama 10 tahun terakhir. Penyebarannya terbesar yang memanfaatkan kredit dari bank tersebut, di antaranya Tulungagung, Blitar, Ponorogo, dan Madiun.

"Negara tujuan yang mendominasi antara lain Malaysia dan Abu Dhabi. Untuk tujuan Abu Dhabi mayoritas termasuk kategori 'skill labour' seperti perawat dan sopir," katanya.

Secara terpisah, Kepala Kanwil VIII Surabaya Bank Mandiri, Jiantok Hardjiman, menerangkan, pihaknya tak heran apabila sejumlah bank besar saling berebut mendapatkan remiten TKI jelang Lebaran.

"Indikatornya karena dana endapan dari remiten itu lama dan 'margin currency' yang diperoleh lumayan," katanya.

Ia memperkirakan, dari setiap transaksi transfer antarbank sebesar bank memperoleh Rp50-Rp100 per dolar Amerika Serikat. "Margin currency" ini "fix" dan disetting dalam mesin transfer.

"Untuk itu, secara nasional kami optimistis remitansi menjelang Lebaran bisa tumbuh sekitar 30 persen," katanya.

Akan tetapi, ia memprediksi, pertumbuhan remiten terbesar terjadi pada musim haji, khususnya dari TKI Arab. "Saat itu, peningkatannya bisa mencapai 50 persen dari rata-rata," katanya.

Sementara, remitansi melalui jasa Pegadaian diyakini naik hingga 300 persen selama Ramadhan dan Lebaran mendatang, karena momentum itu dimanfaatkan para TKI untuk berbagi rejeki dengan sanak keluarga di kampung halaman.

"Akhir Juli lalu, remitansi di kantor kami mencapai Rp30 miliar. Bisa dikatakan, sampai akhir September ini angka itu diperkirakan naik tiga kali lipat," kata Manajer Operasi dan Pengembangan Kanwil XIII Pegadaian Jatim, Suwito Riyanto.

Sejak tahun 2008, kata dia, remitansinya tersebut merupakan kerja sama Pegadaian dengan "Western Union" (WU). Sampai hari ini, grafik pengirimannya per bulan selalu naik.

"Kerja sama ini juga dipicu banyaknya jaringan kami di pelosok desa," katanya.

Malaysia Mendominasi

Mengenai komposisi pengirim berdasarkan transaksi, Suwito merinci, TKI yang bekerja di Malaysia mendominasi 70 persen, Arab Saudi 17 persen, dan 13 persen Korea Selatan.

Apabila dari nominal kiriman uang, TKI di Malaysia juga mendominasi atau menyumbang 60 persen. Lalu, Arab Saudi 35 persen dan TKI Korea Selatan lima persen.

"Rata-rata pengiriman dananya berkisar antara Rp5 juta per orang dan Rp15 juta per orang," katanya.

Ia mencontohkan, tujuan pengiriman dana tersebut ada empat titik antara lain Malang Selatan, Sampang, Ngawi, dan Ponorogo.

"Mayoritas, mereka mengambil di outlet kami secara 'online' dan 'offline'," katanya.

Pascakerja sama dengan WU pada triwulan III/2008, ia menerangkan, sampai saat ini pihaknya memiliki 390 outlet yang tersebar di Jatim. Dari jumlah itu, 100 outletnya sudah dilengkapi sistem "online", umumnya berada di cabang induk pegadaian di Jatim.

"Melihat besarnya potensi transaksi remitansi yang belum dibidik, kami berencana menambah outlet baru pada tahun depan. Setidaknya, akan ada 17 outlet di Surabaya dan masing-masing 1 outlet di Madiun, Malang dan Madura," katanya.

Ia menyebutkan, besarnya potensi remitansi itu, terang dia, transaksi per tahun mencapai Rp60 triliun.

"Dari jumlah itu, sekitar 40 persennya sudah terserap oleh kalangan perbankan. Untuk itu, kami berharap bisa mengoptimalkan yang 60 persen," katanya.

Senada dengan itu, Kepala Kantor Pos Kebon Rojo Surabaya, Barkah Hadi Moeljanto, menambahkan, pengiriman dana dari Tenaga Kerja Indonesia melalui jasa Kantor Pos Kebon Rojo Surabaya mengalami kenaikan signifikan.

"Peningkatan itu karena banyak TKI yang tidak pulang ke kampung halaman pada Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Sampai sekarang, pencairan dana dari para TKI mencapai Rp32 miliar," katanya.

Dana yang terserap di kantor pos tersebut, jelasnya, meningkat 50 persen, dari pencapaian pengiriman dana TKI tahun 2008. Seluruh dana itu berasal dari 9.500 TKI.

"Dominasi pengirim 60 persen berasal dari Malaysia. Sementara, sisa 40 persennya dari Arab Saudi.

Di samping itu, pengiriman dana melalui Western Union (WU) di kantornya justru mengalami penurunan karena tidak banyak tenaga kerja asal luar negeri yang bekerja di Indonesia. Penurunannya mencapai 23 persen.

"Tak jarang, menjelang lebaran, sejumlah umat yang selama ini berperang di negeri seberang ikut memulangkan sedikit rezekinya kepada keluarga tercinta di kampung halaman, sedangkan empunya berkah Ramadhan itu lebih memilih mengurungkan niatnya mudik," katanya. (bil/nta)

RUBRIKASI

PAN ‘Berbedak Arang’ dalam Pemilukada Sidoarjo

03 Mei 2010
KEJUTAN yang mempermalukan diri dilakukan Partai Amanat Nasional (PAN) dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Sidoarjo 2010. Bagaimana tidak. Demi mendapatkan Tahta Bupati Sidoarjo (W-1) periode 2010-2014, ternyata partai yang dibangun Prof. DR. Amien Rais ini rela terpecah. Membangun dua kubu berseberangan yang masing-masing mengusung pasangan Calon Bupati (Cabup) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup). Sehingga menjadi bahan gunjingan dan cibiran parpol lain, yang sama-sama mengusung Cabup dalam pesta demokrasi yang akan terselenggara 25 Juli mendatang.
             
Dua kubu PAN itu terdiri dari kubu PAN DPD Sidoarjo dengan Cabup Hj. Emy Susanti Hendrarso (istri Bupati Sidoarjo H. Win Hendrarso) dan Cawabup H. Khulaim Junaidi (Ketua DPD PAN Sidoarjo), serta kubu PAN DPW Jawa Timur yang mengusung Cabup H. Imam Sugiri (Ketua Kadin Sidoarjo) dan DR. Ahmad Fathoni Rodli MPd (putra pendiri LP Ma’arif).
             
Perpecahan PAN Sidoarjo dan Jatim yang kekanak-kanakan dan bernuansa tendensius pribadi itu meletup pada hari terakhir pendaftaran calon bupati (cabup) dan calon wakil bupati (cawabup) Sidoarjo yang merepotkan Polres Sidoarjo, Senin (3/5). Dengan kekhawatian terjadinya kerusuhan massa antara pendukung Imam Sugiri-Fathoni Rodli (Maton) dengan pendukung Emy Susanti Hendrarso-Khulaim Junaidi yang sama-sama merencanakan pendaftaran pada hari yang sama, maka sejak pagi ratusan polisi telah berjaga di beberapa lokasi. Jumlah terbanyak di sekitar KPU, bahkan sampai menurunkan satu SSK Pasukan Anti Huru Hara (PHH) Brimob.
             
Ketatnya pengawalan terlihat saat Emy Susanti Hendrarso datang ke kantor KPU pada pukl 14.00. Emy datang diantarkan beberapa pengurus DPD PAN Sidoarjo diantaranya Sekretaris DPD Sungkono, sementara Khulaim baru datang pukul 15.20 setelah menjemput rekom yang diterbitkan DPP. Saat masuk kantor KPU, Emy dikawal ketat oleh pesonil polisi. Dia langsung dimasukkan ke ruang Media Centre ditemani para pengurus Gerindra Sidoarjo dan pengurus 25 partai gurem yang tergabung dalam Aliansi Partai Non-Parlemen.
             
Berselang 30 menit kemudian, pasangan Maton tiba di KPU dikawal petinggi-petinggi DPW PAN Jatim dan ratusa massa yang tidak kalah banyak. Dibawah kawalan ketat personil Polri, pasangan Maton diantar menghadap Ketua dan anggota KPU Sidoarjo yang telah menunggu di aula kantor KPU. Setelah melakukan pendaftaran, pasangan tersebut langsung pulang.
             
Sedangkan pasangan Emy-Khulaim melakukan pendafataran pukul 15.25. Dengan wajah lelah dan pucat, Khulaim masuk aula pendaftaran bersama Emy. Saat masuk di tangan Khulaim terlihat map hijau yang konon berisi rekom dari DPP PAN, yang dijemputnya langsung ke kantor DPP PAN di Jakarta. Setelah menyerahkan berkas administrasi pendaftaran, Emy dan Khulaim langsung pulang dibawah pengawalan ketat.
             
“Setelah menyerahkan berkas yang dibutuhkan untuk mendaftakan diri sebagaimana syarat yang ditetapkan KPU Pusat, saya yakin pendaftaan yang disahkan KPU Sidoarjo adalah milik kami. Sebab rekom yang kami sertaka sesuai dengan peraturan yang ditetapkan KPU Pusat, yaitu rekom dari DPP,” kata Emy saat keluar dari ruang pendaftaran.
             
Kendati demikian, ternyata Ketua KPU Sidoarjo Ansori menyatakan, untuk sementara pihaknya menghormati tiap-tiap pasangan. Krena itu, pendaftaran kedua pasangan calon diterima. Soal pasangan yang akan diterima KPU, keputusannya dilakukan setelah KPU melakukan klarfikasi pada pimpinan PAN di Jakarta sebagaimana peraturan yang ditetapkan KPU Pusat.

"Hasil klarifikasi dari pimpinan Parpol inilah yang akan digunakan KPU Sidarjo untuk menentukan sikap. Salah satu calon yang tidak sah rekomendasinya akan dinyatakan gugur. Karena itu, saya berharap nantinya kebijakan KPU dalam menetapkan keabsahan pencalonan diterima oleh peserta yang gugur," ujar Ansori.

Sedangkan peserta yang telah melakukan pendaftaran selain calon kembar dari PAN, dikatakan Ansori, adalah pasangan H Saiful Ilah SH, MHum-H MG Hadi Sutjipto, SH, MM (diusung PKB Sidoarjo dan didukung Partai Damai Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Bulan Bintang), pasangan Yuniwati Teryana, MBA dan H. Sarto ST. MH. (diusung Partai Demokrat), Pasangan Bambang Prasetyo Widodo dan Khoirul Huda (diusung Partai Golkar dan didukung PKNU, Hanura, dan PDI-P), dan pasangan Agung Subaly-Samsul Wahid dari jalur independen.



 Melaksanakan Peraturan


Perpecahan yang terjadi itu berawal dari rekom yang diterbitkan DPW Jatim untuk Cabup Imam Sugiri yang akan diusung dalam Pemilukada Sidoarjo. Namun, rekom yang ditandatangani ketua DPW PAN Suyoto dan Wakil Sekretaris DPW PAN Jatim Rahman itu dianggap kurang sah oleh DPD PAN Sidoarjo, sehingga Ketua DPD H. Khulaim Junaidi dan Sekretaris DPD Sungkono “enggan” menandatangani rekom DPW sebagaimana yang tersurat dalam Tab Rakernas PAN No 1 Tahun 2006 yang isinya, bahwa pasangan yang telah ditetapkan DPW wajib diamankan oleh DPD.

             

Sikap aman yang dilakukan DPD atas rekom DPW itu, menurut Sungkono, sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan partai. Rekom cabup harus ditandatangani Ketua DPW dan Sekretaris DPW. “Masak kami disalahkan jika menolak kebijakan DPW dalam menerbitkan rekom Cabup yang jelas-jelas menyalahi aturan partai. Daripada nantinya disalahkan DPP, maka kami mengambil jalan netral tidak membubuhkan tanda tangan,” kata pria bertubuh keling yang besar di Surabaya ini.

Ironisnya sikap yang dilakukan Khulaim Junaidi tersebut ditanggapi DPW sebagai bentuk perlawanan terselubung. Pasalnya Khulaim juga mencalonkan diri sebagai Cabup dalam Pemilukada. Tak pelak lagi, pada 3 Mei lalu Khulaim dan Sungkono pun dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Ketua dan Sekretaris DPD Sidoarjo oleh DPW Jatim.  

Dalam Surat penugasan tersebut bernomor PAN/13/A/KPTS/K-WS/28/5/2010 tertanggal 3 Mei 2010, tesurat posisi Khulaim diisi Wakil Ketua Pengaderan Organisasi dan Keanggotaan DPW PAN Bambang Sutrisno, dengan status Plt Ketua DPD PAN Sidoarjo. Sedangkan posisi Sungkono dpercayakan pada Wakil Ketua Bidang Basis DPW PAN Suli Daim, juga dengan status Plt Sekretaris. (ima)
Read Full 0 komentar

Masyarakat Sidoarjo Perlu Waspadai Peserta Pemilukada

22 April 2010

oleh Prima Sp Vardhana

PETA persaingan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Sidoarjo 2010 kian ramai dan bertabur jebakan untuk masyarakat Sidoarjo. Kondisi ini berpeluang membingungkan masyarakat kota petis itu. Terjebak memilih pasangan Calon Bupati– Wakil Bupati (cabup-cawabup) ataupun terpikat cabup yang tidak kapabel dan tendensius.

Terdorong oleh keinginan mengingatkan masyarakat Sidoarjo agar teliti dan waspada dalam memilih calon yang akan diberi amanah, maka H. Abu Bakar Yarbo yang dibesarkan dari dunia jurnalistik memberanikan diri ikut mencalonkan diri dalam kancah Pemilukada Sidoarjo 2010. Posisi yang dibidiknya (cukup, red.) tahta Calon Wakil Bupati. Kendati demikian, jargon ala pedagang sarung yang diusungnya sangat unik dan menarik, bahkan mampu membuat orang yang membacanya akan tersenyum simpul.

“Dijamin Tidak Palsu”. Itulah jargon yang ditawarkan pria berdarah Sulawesi Utara, yang telah menetap di daerah Magersari Sidoarjo sejak tahun 1995 ini. “Jargon pencalonan saya memang unik dan lucu, tapi jargon itu mengusung sebuah pesan moral yang sangat kuat,” katanya saat ditemui di seketariat PWI Jatim.

Pesan moral yang diusung jargon itu, menurut ia, agar masyarakat Sidoarjo tak gampang terpikat oleh rayuan “gombal” para calon cabup ataupun pasangan cabup-cawabup. Sebab rayuan “politis” yang ditawarkan mayoritas palsu.

Namun, harus mempertimbangkan bibit, bebet, dan bobot seorang cabup dan cawabup. Pasalnya kesalahan masyarakat Sidoarjo dalam membikan suara dukungannya pada 25 Juli nanti, secara faktual akan membuat arah kebijakan pemerintahan menjadi jauh dari rasa mengayomi, makani, nyandangi, dan mapani seperti yang dibutuhkan masyarakat Sidoarjo saat ini.

Masyarakat perlu melihat bibit cabup dan cawabup, menurut dia, untuk memastikan latar belakang cabup dan cawabup berasal dari keluarga baik-baik, bukan dari keluarga yang kental dengan masalah kriminal. Calon tersebut harus asli berdarah Sidoarjo, sehingga calon tersebut saat menjabat akan memiliki loyalitas pada Sidoarjo. Selain itu, sang calon harus memiliki latar belakang agama yang kuat. Bukan seseorang yang berkopiah dan mengemas keluarganya sebagai keluarga Islami, karena tengah mencalonkan diri.

“Kalau bibit calon tersebut sangat baik, saya yakin Sidoarjo akan dipimpin oleh sebuah pasangan yang loyal pada daerah dan takut mengambil kebijakan melenceng atau salah, yang harus dipertanggungjawabkan di akherat nanti,” kata Seksi Hubungan Antar Lembaga PWI Jatim ini.

Lolos dari seleksi alam pertama itu, para calon harus dilihat bebet-nya sebagai seorang manusia. Dengan melihat bebet-nya, masyarakat akan mengetahui kesiapan atau kondisi ekonomi cabup dan cawabup. Teknik ini secara tidak langsung akan menjadi sedikit jaminan moral buat masyarakat, bahwa status ekonomi kuat dan mapan cabup-cawabup berpeluang menghindarkan masyarakat dan pemerintahan dari sosok pemimpin yang rakus, egois dan korup demi memperkaya diri sendiri saat menjabat.

Selanjutnya dengan melihat bobot seorang cabup-cawabup, dikatakan, akan membuat masyarakat mengetahui akan kualitas individu dari sang calon. Misalnya, kualitas kemampuannya dalam memanaje permasalahan, kualitas intelektualnya, kualitas ibadahnya, juga kualitas-kualitas diri lainnya. Dari sisi bobot individu seorang cabp dan cawabup yang dilihat kualitas kemampuan, inteltualitas, dan agamanya ini, maka masyarakat akan mendapatkan jaminan sempurna akan sosok calon yang sempurna.

“Dengan mendapatkan calon yang kualitas bibit, bebet, dan bobotnya yang sempurna, maka Sidoarjo akan mendapat pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang punya loyalitas tinggi pada daerah dan memiliki jiwa ngayomi, ngingoni, dan mapani sebagaimana yang dibutuhkan masyarakat Sidoarjo saat ini,” ujarnya.
 
Komunikasi Politik

Bercengkerama dengan dunia politik di Jawa Timur buat seorang Abu, bukanlah sebuah hal baru. Sejak masuk Surabaya pada awal tahun 1988, bapak dari Faris Yarbo ini sudah dilekatkan oleh Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi Harian Memorandum (alm.) H. Agil H. Ali pada dunia politik di tingkat propinsi. Setiap hari berkewajiban menulis berita politik minimal tiga buah.

Tak pelak lagi, Abu memiliki banyak kolega di dunia politik dari tingkat Jatim hingga nasional, baik pimpinan partai atau pun sekadar seorang politikus. Kuatnya ikatan batin yang berhasil direnda pria bertubuh subur ini dengan para kolega politiknya, terbukti dari keterlibatannya dalam Organisasi Massa (Ormas) Kosgoro 1957 Jatim yang diketuai H. Yusuf Husni dan Pengurus Bidang Ideologi dan Politik Pemuda Pancasila Jatim yang dikomandani Ir. H. La Nyalla M. Mattalitti. Sebelum itu, ketajaman intelektualnya dalam berpolitik sudah terasa saat dia menjabat Seksi Infokom Himpunan Pengusaha Kosgoro 1957.

Kendati bibliografi politiknya sangat dekat dengan Partai Golkar, tapi profesinya sebagai wartawan membuat dia memiliki sikap yang profesional. Karena itu, kolega politiknya pun tak terkungkung di kalangan politikus Pohon Beringin. Dia juga memiliki cukup banyak sahabat dengan latar belakang partai yang variatif, baik dari PAN, PDI-P, Partai Demokrat, PKB, PKS, PKNU, Partai Gerindra, Partai Hanura, dan lainnya. Dus,

Keakrabannya dengan dunia politik di Jawa Timur itulah, salah satu pendorong Abu nekat terjun dalam kancah Pemilukada Sidoarjo 2010. Mengapa demikian. Menurut dia, karena mayoritas calon yang tampil dalam pesta demokrasi masyarakat Sidoarjo itu banyak yang “Palsu” dan tidak memiliki kapabelitas untuk dipilih sebagai Bupati Sidoarjo.

“Karena khawatir masyarakat Sidoarjo salah dalam memilih pemimpin daerahnya yang akan berdampak permasalahan di kemudian hari, maka saya pun mengunakan hak saya sebagai warganegara Indonesia untuk ikut mencalonkan diri. Jargon yang saya pilih pun harus unik, menarik, dan membuka sistem berfikir masyarakat Sidoarjo untuk memilih calon bupatinya dengan benar,” ujarnya dengan tersenyum.

Memang. Target penampilan dirinya kali ini tak harus jadi. Sebab dalam peta perpolitikan Sidoarjo, sosoknya merupakan muka baru. Namun, paling tidak dia memiliki peluang memberi terapi kesadaran pada masyarakat agar tidak salah pilih. Sehingga para cabup yang tidak kapabel, tendensius, dan berkarakter pemimpin palsu-palsu itu kehilangan peluangnya dalam memimpin Sidoarjo.

Kendati demikian, redaktur politik dan nasional Harian Memorandum ini terlihat serius dalam pencalonannya di Pemiluka da Sidoarjo 2010. Itu ditunjukkan oleh intensitasnya melakukan komunikasi politik dengan para petinggi parpol di Sidoarjo yang hingga kini belum memiliki “jagoan” yang akan ditawarkan ke masyarakat Sidoarjo.

Selain melakukan komunikasi politik, ternyata atribut banner Abu Bakar Yarbo sudah banyak bertevaran di seluruh pelosok Sidoarjo. Kemasan grafisnya yang ditawarkan juga sangat menarik. Ia tampil santai dala balutan baju koko berbahan kain sutra, dua tangannya mengacungkan ibu jari sebagai simbol keistimewaan dirinya dibanding calon lain.

"Jumlah baliho dan banner yang bertebaran di Sidoarjo, tidak saya ketahui dengan pasti. Sebab baliho-baliho itu sumbangan para sahabat. Yang saya ketahui hanya dering handphone, bahwa sahabat yang satu dan lainnya sudah masang baliho sumbangannya sambil tertawa-tawa,” katanya.

Strategi lain yang dilakukan adalah menyulap facebook dirinya sebagai media kampanye “partikelir” dengan hiasan foto, yang sama dengan balih dan banner yang bertebaran di seluruh kota petis.

Bagaimana jika nantinya gagal. Pria yang hobi traveling ini tak terlalu mempermasalahkan. Bagi dia, kegagalan adalah sebuah kesuksesan yang tertunda. Karena itu, pada suatu saat nanti keberhasilan terbaik pilihan Allah SWT pasti akan datang mendekapnya.

“Saya gagal dalam Pemilukada saat ini tidak ada masalah. Namun pesan saya, masyarakat Sidoarjo hanya memilih pasangan H. Syaiful Ilah dan H. MG Hadi Sutjipto. Sebab peserta Pemilukada Sidoarjo kali ini yang dijamin asli dan tidak palsu dalam mengabdi pada Sidoarjo cuma duet SUCI itu dengan saya, yang lain palsu semua dan tidak punya garansi untuk kemaslahatan warga Sidoarjo,” kata H. Abu ini mengunci pembicaraan. (vd

Biodata H. Abu Bakar Yarbo

Jenis Kelamin              : Laki-laki
Tanggal Lahir               : 12 Oktober 1962
Kota Asal                       : Bolaang Mongonow Utara, Sulawesi Utara - Indonesia
Status Hubungan       : Menikah
Istri                                 : Nurain Pontoh (42 th)
Anak                               : Faris Yarbo (14 th)
Agama                           : Islam
Read Full 0 komentar

Pasangan SUCI Sosialisasikan Rekom DPP PKB

13 April 2010
oleh Nico Miftahurahman / Prima Sp Vardhana

Sidoarjo, TRIBUN -Misteri turunnya Rekom DPP PKB pada pasangan Calon Bupati (Cabup) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup) H.  Saiful Ilah dan H. Muhammad Ngatino Hadi Sutjipto, Selasa (13/04) siang, disosialisasikan di  kantor DPC PKB Sidoarjo Jalan Airlangga no 1 Sidoarjo.

Selain untuk memberi kepastian pada jajaran pengurus PAC PKB Se-Sidoarjo, tentang turunnya Rekom DPP PKB yang memilih pasangan Wakl Bupati Sidoarjo dan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Sekdakab Sidoarjo itu sebagai calon yang akan diusung dalam Pemilukada 2010, Juni mendatang. Sosialisai yang juga dihadiri jajaran Dewan Syuro DPC PKB Sidoarjo itu, secara politis untuk mematahkan intrik politik ”Kubu Kelopo Sepoloh” yang berambisi membegal perjalanan Syaiful Ilah merebut tahta W-1.

Sebagai informasi tambahan, Kubu Kelopo Sepuluh adalah kelompok yang dipimpin KH Abdi Manaf. Kabar yang berhasil dikumpulkan Harian TRIBUN INDONESIA, Jakarta, dan TRIBUN ONLINE, kelompok ini memaksakan kehendak agar Sekretaris DPC PKB Choiri Mahfudz dipilih Syaiful Ilah sebagai pasangan yang diusung PKB Sidoarjo maju dalam Pemilukada 2010. Namun keinginan tersebut tidak dituruti Saiful Ilah yang lebih memilih Hadi Sutjipto. Alasan Ketua PKB Sidoarjo itu sangat realistis. Choiri tidak memiliki pendukung yang membumi di masyarakat Sidoarjo, sehingga menggandeng Choiri akan membuat peluang PKB merebut tahta W-1 sangat rawan.

Penolakan tersebut rupanya membuat Kubu Kelopo Sepoloh yang konon dibiayai PT. Minarak Lapindo Jaya itu masgul, sehingga mereka berkali-kali melakukan manuver politik untuk menggagalkan langkah Syaiful Ilah melaju daam Pemilukada 2010. Tidak hanya itu, kubu ini juga melakukan intrik politik bertujuan merusak citra Hadi Sutjipto di kalangan PAC. Manuver yang dilakukan adalah mengumpulkan PAC dan ”merayunya” dengan iming-iming rupiah bernilai jutaan rupiah untuk mengisi memberikan tanda-tangan mencabut dukungan pada Ketua Takmir Masjid Agung, Sidoarjo, itu.

Blangko berisi 12 tanda-tangan pegurus PAC dan beberapa pengurus PKB Sidoarjo itu selanjutnya dikirimkan ke Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB, Drs. H. Muhaimin Iskandar, MSi dengan tujuan membatalkan menerbitkan rekomendasi pada pasangan Syaiful Ilah-Hadi Sutjipto sebagai calon yang diusung PKB Sidoarjo dalam Pemilukada 2010.

Ironisnya, intrik politik licik Kubu Kelopo Sepoloh itu gagal total. Muhaimin Iskandar lebih memilih merekomendasi duet Syaiful Ilah-Hadi Sutjipto. Pertimbangan politisnya, pasangan tesebut berpeluang besar memenangkan Pemilukada 2010. Selain itu, berdasar surat keterangan yang dikirimkan mayoritas pengurus PAC ke DPP, yang menegaskan tidak pernah mengajukan penarikan dukungan atas Hadi Sutjipto sebagai Cawabup dari PKB Sidoarjo untuk mendampingi Syaiful Ilah. Nama mereka dan stempel yang da dalam blanko penarikan dukungan itu merupakan hasil rekayasa. Buktinya adalah bentuk tanda tangan mereka yang tidak sama dengan miliknya.

Pertimbangan lain Muhaimin atas sosok Hadi Sutjipto, karena pria ramah ini merupakan sosok hasil tiga kali istikhoroh yang dilakukan para Kyai PKB dan NU Cabang Sidoarjo. Selain itu, secara politis sosok ini memiliki ”People Power” yang sangat fanatik dan siap memuluskan langkah PKB Sidoarjo kembali meebut tahta W-1. Dengan latar belakang sebagai mantan Kepala Dinas Infokom dan Kepala Dinas Pendidikan Kab. Sidoarjo, pria ramah ini di atas kertas telah mengantongi dukungan yang memastikan dari sekitar 29.000-an guru PNS dan Honorer se-Sidoarjo. Jumlah itu belum termasuk keluarga dari para guru tersebut, yang memungkinkan dari basis pendidik saja bisa mengumpulkan sekitar 58.000 suara dukungan.

Jumlah dukungan suara itu bisa membengkak berlipat kali, karena PakTjip (panggilan akrab Hadi Sutjipto, red.) sangat populer di kalangan PNS Kabupaten Sidoarjo, karena karakter ramah dan ringan tangan dalam memberi bantuan para koleganya. Selain itu, di kalangan umum Pak Tjip merupakan sosok yang terlibat aktif sedikitnya dalam 10 organisasi kemasyarakatan. Selain sebagai Ketua Takmir Masjid Agung, ia juga Ketua Kwartir Cabang Pramuka Sidoarjo, Ketua Harian KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Sidoarjo, Wakil Ketua BAZ (Badan Amil dan Zakat) Sidoarjo. Tak pelak lagi, di atas kertas peluangnya untuk mendapatkan dukungan suara di atas 200 ribu suara pendukung

Saksi Politik

Dalam acara sosilisasi itu, H. Saiful Ilah tiba di kantor DPC PKB dengan menggunakan mobil dinas Honda Accord W 9308 BS. Usai memasuki kantor DPC PKB, pria bertubu subur itu langsung melakukan kordinasi sebelum mengumumkan rekomendasi yang dikantonginya.

Kendati dalam sosialisasi itu, Saiful Ilah tak menunjukkan fisik rekomendasi yang jatuh ketangannya. Namun, Ketua PKB Sidoarjo ini menegaskan langsung akan tancap gas menggerakkan motor partai yang ada.

”Rekom DPP yang menunjuk saya dan Pak Tjip sebagai Cabup dan Cawabup untuk tampil dalam Pemilukada 2010 sudah ditangan saya. Kalau saat ini, saya tidak membawa Rekom tersebut, karena secara politis terbitnya Rekom tersebut ada saksinya yaitu Desk Pilkada PKB,” kata Saiful Ilah dengan suara lantang.

Penjelasan Syaiful Ilah itu ditegaskan Ketua tim desk pillkada PKB Sidoarjo, H Imam Rahmat bahwa Rekom tersebut sudah terbit dan sudah dilihatnya. Nomor Rekom tersebut 5104/DPP/A.1/III/2010 per 31 Maret 2010. ”Karena Rekom dari DPP sudah terbit, saya berharap seluruh struktur partai dan mesin politik untuk mengamankan turunnya rekom tersebut sebagai suatu bentuk amanah yang harus didukung,” kata Imam Rahmat. (ico/vd)


Read Full 0 komentar

Demi SUCI, PPKB dan Garda Bangsa Siapkan Relawan

12 April 2010
oleh Nico Miftahurahman/ Prima Sp Vardhana

Sidoarjo, TRIBUN -Turunnya Rekom DPP PKB untuk H. Saiful Ilah – Hadi Sutjipto sebagai pasangan Cabup-Cawabup yang diusung PKB Sidoarjo dalam Pemilukada 2010, ternyata menyedot dukungan para simpatisan atau pun mesin politik PKB yang sebelumnya terpecah-pecah.

Dukungan pertama atas Rekom tersebut ditunjukkan oleh Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa (PPKB) sebagai salah satu Badan Otonomi (Banom) di bawah naungan PKB. Sikap itu ditunjukkan oleh Ketua DPC PPKB Sidoarjo Hj Anik Maslacah. Wanita berjilbab itu menegaskan, dukungan yang diberikan kepada pasangan H. Saiful Ilah-H. Hadi Sutjipto akan diperkuat dengan mengerahkan para relawan yang terdiri dari Muslimat, Fatayat, PKK dan IPPNU secara personal.

“Kita akan kerahkan 5000 relawan dari berbagai unsur untuk mengamankan dan mendukung rekomendasi itu,” kata Anik Maslacah yang juga kordinator tim relawan ini, Senin (12/4).

Tim relawan tingkat kabupaten, menurut anggota komisi C DPRD Sidoarjo ini, sudah terbentuk beberapa hari lalu. Kedepan, akan segera dibentuk tim relawan hingga tingkat RT. “Tim relawan ini, khusus membidik pemilih khusus perempuan,” ujarnya.

PPKB sendiri saat ini sudah terbentuk hingga tingkat ranting, dengan perkiraan jumlah konstituen sebanyak 20.000 kader.  Jumlah struktur ketua ranting kita sebanyak 353 ranting yang masing masing ranting terisi 25 pengurus. Jumlah ini dikalikan 18 kecamatan ditambah 50 pengurus DPC. Jadi Jumlah anggota PPKB terbilang cukup banyak dan solid,” katanya

Selain itu, Garda Bangsa Sidoarjo memastikan siap mengawal Rekom DPP PKB. Sikap itu ditegaskan Ketua Dewan Kordinasi Cabang (DKC) Garda Bangsa Kabupaten Sidoarjo Achmad Amir Aslickhin. Menurut ia, sebagai salah satu motor penggerak dan Badan Otonomi PKB, sudah semestinya Garda Bangsa mengawal dan mengamankan intruksi Partai, yang mengusung H.Saiful Ilah dan MG Hadi Sutjipto sebagai pasangan calon Bupati-wakil bupati Sidoarjo periode 2010-2015.

Sebagai langkah sosialisasi sikap DKC Garda Bangsa Sidoarjo ini,  kedepan akan dilakukan konsolidasi hingga tingkat bawah. “Kita akan  menggelar rapat pleno untuk mengamankan Rekom DPP ini. Rencana ini berkaitan untuk mensatukan visi organisasi dalam mengawal kebijakan partai dalam Pemilukada 2010 mendatang,” katanya.

Jumlah anggota Garda Bangsa Sidoarjo, diakui, saat ini mencapai ribuan. Mereka tersebar di tiap kecamatan melalui satgas-satgasnya. Secara struktural, jumlah kepengurusan di tingkat ranting mencapai empat ribu anggota. Jumla itu belum termasuk yang tersebar pada tingkatan satgas yang menjadi bagian dari divisi Garda Bangsa.

Secara organisatoris, menurut pria yang juga ketua fraksi PKB ini, sangat mustahil jika Garda Bangsa berbeda sikap dalam Pemilukada 2010. Pasalnya Garda Bangsa dibuat sebagai Banom yang bertugas mengawal setiap kebijakan partai. (ico/vd)
Read Full 0 komentar

DPP PKB Rekom Duet Saiful Ilah–Hadi Sutjipto


oleh Nico Miftahurahman/ Prima Sp Vardhana
Sidoarjo, TRIBUN - Komitmen Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB, Drs. H. Muhaimin Iskandar, MSi untuk merekomendasi pasangan H. Syaiful Ilah dan H. MG Hadi Sutjipto sebagai Calon Bupati (Cabup) dan Caln Wakil Bupati (Cawabup) PKB dalam Pemilukada Sidoarjo 2010, ternyata tak bergeming oleh serangan ”taufan politis” yang dilakukan oleh para Cabup dan Cawabup yang menemui Muhaimin di Jakarta untuk dipasangkan dengan Syaiful Ilah.

Demikian pendapat Gus Rahmat saat dimintai komentar tentang kabar turunnya Rekomendasi DPP PKB yang menunjuk H. Syaiful Ilah dan H. MG Hadi Sutjipto.

”Saya kenal dan tahu sosok dan karakter Muhaimin sejak dia belum ke Jakarta sebagai politikus PKB. Dia punya karakter unik dan sulit ditebak, tapi kalau berurusan dengan aqidah dan petunjuk Allah SWT, dia sangat zakelijk dan gak bisa diubah oleh siapa pun dan materi apa pun,” kata ulama muda saat dihubungi ponselnya, Senin (12/4) sore.

Karena itu, ulama yang senang bermain jejaring sosial di internet ini, tetap yakin Muhaimin sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB, akan menerbitkan Rekom Cabup dan Cawabup PKB Sidoarjo untuk Syaiful Ilah dan Hadi Sutjipto. Kabar keberangkatan tim sukses Gesang Budianto ke Jakarta atau calon lain dari PT. Minarak Lapindo Jaya untuk menemui Muhaimin, sejak awal diyakini tak akan mengubah komitmen Muhaimin.

Dasar keyakinannya itu adalah karakter Muhaimin yang sangat menghargai dan percaya pada petunjuk para Kyai, apalagi pilihan para Kyai PKB dan NU atas diri Hadi Sutjipto merupakan hasil shalat Istikhoroh. Selain itu, Muhaimin sendiri sudah bertemu dan bercengkerama secara langsung dengan Hadi Sutjipto, sehingga Menaker itu tahu persis karakter yang dimiliki birokrat berpengalaman itu.

Petimbangan lain yang menutup langkah-langkah pendekatan politis tim sukses Gesang Budianto dan calon lain dari PT. Minarak Lapindo Jaya, karena masalah sosial dari anak perusahaan Bakrie Grup itu yang belum mampu menyelesaikan janjinya dengan para korban lumpur Lapindo. Sehingga kalau Muhaimin menerbitkan rekom untuk memasangkan Syaiful Ilah dengan calon dari PT. Minarak Lapindo Jaya, maka akan berbuntut pada dampak politis yang membuat masyarakat Sidoarjo tidak percaya lagi pada PKB sebagai partai yang pro-rakyat.

Dengan datangnya Rekom DPP PKB pada Minggu (11/4) sore, yang mendelegasi Syaiful Ilah-Hadi Sutjipto untuk maju dalam Pemilukada 2010. Dipastikan Gus Rahmat, apa pun hasil dari Pemilukada Sidoarjo yang berlangsung Juni mendatang, di atas kertas akan mendongkrak suara pemilih dari PKB yang dalam Pemilu 2008 kalah oleh Partai Demorat.

Sedangkan Rekom DPP PKB itu,  menurut Ketua Desk Pilkada DPC PKB Sidoarjo H.Imam Rahmad sudah disampaikan langsung pada H. Syaiful Ilah. Menurut ia, rekom yang terbit pada 31 Maret 2010 itu bernomor 5104/DPP/03/V/A.1/3/2010. Rekom tersebu ditanda tangani langsung oleh Ketua DPP PKB H. Muhaimin Iskandar dan Sekretris Jendral H. Lukman Edi.

Dengan diserahkannya Rekom DPP PKB itu pada Syaiful Ilah, dikatakan, secara de facto dan de jure telah terpastikan siapa Cabup dan Cawabup yang diusuk PKB Sidoarjo. Kalau pun ada beberapa pengurus PKB atau pendukung lain yang kurang puas dengan keputusan ini, hendaknya tidak menghalangi keputusan yang sudah terjadi.

”Penerbitan Rekom DPP itu landasannya bukan untuk kepentingan partai, tapi untuk kepentingan masayarakat Sidoarjo. Karena itu, kalau ada yang tidak puas, silahkan minggir dan jangan menghalang amanah yang diberikan masyarakat Sidoarjo dan PKB,” ujar Imam Rahmad dengan tersenyum penuh arti. (ico/vd)
Read Full 0 komentar

Saiful Ilah–Hadi Sutjipto Tak Terpengaruh Gosip

07 April 2010
oleh Nico Miftahurahman/ Prima Sp Vardhana


Sidoarjo, TRIBUN - Gosip keakraban politis Cabup Sidoarjo H. Syaiful Ilah dengan Komisaris PT. Minarak Lapindo Jaya, Gesang Budianto menuju Pemilukada Sidoarjo 2010-2015, ternyata tidak seluruhnya benar. Hubungan Syaiful Ilah dan Gesang hanya sebatas teman dan kenalan. Tidak lebih dari itu.

Sedangkan pasangan yang digandeng Ketua Umum PKB Sidoarjo itu menuju Pemilukada, tetap sesuai komitmen awal. Syaiful Iluh tetap akan menggandeng Asisten I Sekdakab Bidang Pemerintahan dan Kesra Hadi Sutjipto.

Tetapnya komitmen itu ditunjukkan dengan sikap mesra Syaiful Ilah dan Hadi Sutjipto, usai prosesi pelantikan pejabat teras pemkab Sidoarjo Rabu (7/4). Keakraban itu muncul saat Syaiful Ilah dikonfirmasi Tribun Indonesia tentang sikapnya yang bersalaman dengan Gesang di lokasi area pusat semburan titik 25 saat mendampingi kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), 29 Maret.

“Mana wartawan, ayo ambil gambar saya dengan pak Tjip. Biar nggak ada yang bingung,” kata Syaifl Ilah sambil memanggil MG Hadi Sutjipto yang saat itu tengah menuju ke mobilnya.

Mendengar namanya dipanggil Wakil Bpati Sidoarjo, Hadi Sutjipto pun dengan wajah semringah  menghampiri Saiful Ilah. Keduanya pun dengan mesranya saling bersalaman, bahkan usai salaman Syaiful Ilah terlihat berbisik pada Hadi Sutjipto yang ditanggapi dengan senyum.

Prosesi keakraban yang ditunjukan Syaiful Ilah bersalaman dengan Had Sutjipto itu, secara otomatis mematakan banyaknya rumor beredar dilapangan, bahwa Saiful Ilah seolah-olah memastikan diri menggandeng Sekretaris DPD Golkar Jatim, Gesang Budiarso untuk dijadikan wakilnya.

Sementara itu ketua PAC PKB Gedangan, M Kalim, menegaskan bahwa pasangan Saiful-Tjip  sudah tidak tergoyahkan lagi. Bahkan secara organisatoris PKB sudah memberikan kewenangan pada para Kyai PKB untuk memilihkan pasangan Saiful Ilah melalui shalat Istikhoro. Apalagi menurut Rais Syuriah PC NU Sidoarjo KH Rofiq Siroj, menunjuk pada cawabup (Calon Wakil Bupati) H. MG Hadi Sutjipto. Sampai tiga kali Istikhoroh yang dilakukan para ulama, ternyata hasilnya tetap. Sehingga para kyai sepakat menyimplkan, bahwa sosok Ketua Takmir Masjid Agung, Kab. Sidoarjo itu merupakan calon pasangan Syaiful Ilah pilihan Allah Swt.
”Sejak awal, secara pribadi para Kyai NU di Sidoarjo sudah yakin, bahwa Pak Tjip (panggilan populer Hadi Sutjipto, red.) sangat layak dan pas untuk mendampingi Pak Syaiful. Namun, kami tidak berani mengumumkan, karena kami takut pada Allah,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah dan Al Hidayah, Desa Kedungcangkring, Kecamatan Jabon, Sidoarjo, tersebut.
Berpasangan dengan Hadi Sutjipto, menurut dia, Syaiful Ilah secara politis memiliki peluang besar untuk berkibar dalam Pemilukada Sidoarjo. Ini karena secara individu, manta Kadindik (Kepala Dinas Pendidikan) Kab. Sidoarjo itu memiliki pendukung fanatik yang siap mensukseskan, baik di lingkungan PNS Pemkab Sidoarjo, Para Guru tetap dan honorer, juga pendukung dari lingkungan lain. Selain itu, memiliki pengalaman di pemerintahan yang sangat banyak, sehingga arah kebijakan pasangan Bupati dan Wakil Bupati akan lebih terfokus dan sesuai dengan amanah yang diharapkan oleh masyarakat Sidoarjo.
Tak dipungkiri kyai yang akrab dengan wartawan itu, ia nekad membuka hasil istikhoroh para kyai tersebut lantaran ingin bersikap transparan pada masyaraka Sidoarjo. Ia ingin menunjukkan, bahwa para Kyai NU sudah melaksanakan janji untuk istikhoroh atas cawabup, yang layak mendampingi Syaiful Ilah untuk maju dalam Pemilukada Sidoarjo.
Hasil Istikhoro para Kyai PKB yang menunjuk Hadi Sutjipto sebagai Cawabup. Dikatakan M Kalim, merupakan lampu hijau yang tidak bisa diingkari siapa pun juga politisi PKB Sidoarjo dan Jatim. Pasalnya hasil Istikhoroh itu membuktikan, bahwa Allah sudah memilihkan H. Syaiful Ilah sebagai pasangannya.  

”Jika Pak Syaiful oleh Allah dipasangkan dengan Pk Tjip, saya yakin Pak Syaiful sebagai seorang muslin akan menerimanya dengan lapang dan besa hati. Pak Syaiful dan Pak Tjip pasti akan maju sebagai pasangan,” katanya dengan yakin. (ico/vd)
Read Full 0 komentar

Syaifu Ilah - Hadi Sutjipto ’Direstui’ Muhaimin

12 Maret 2010
oleh Zulfikar Hisbulrahman / Prima Sp Vardhana
 
Sidoarjo,  TRIBUNPerjalanan pasangan Calon Bupati (Cabup) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup) H.Syaiful Ilah dan H. MG Hadi Sutjipto maju dalam Pemilukada Sidoarjo 2010 dengan kendaraan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), dapat dipastikan akan menjadi kenyataan. Ini karena Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB, Drs. H. Muhaimin Iskandar, MSi sudah memberikan restu secara lisan. Tidak hanya itu, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) itu sudah menugaskan asistennya untuk membuatan Surat Rekomendasi yang akan dikirimkan ke PKB Sidoarjo.

Demikian informasi yang dberikan Gus Rachmat, ustad muda dari Surabaya yang mempunyai hubungan khusus dengan beberapa pengurus DPP PKB, Jumat (12/03).

Pertemuan khusus antara pasangan Syaiful Ilah dan Had Sutjipto (Suci) dengan Muhamin Iskandar, menurut Gus Rachmat, terjadi di Jakarta. Namun, pertemuan itu berlangsung dalam dua gelombang. Gelombang pertama Muhaimin bertemu Syaiful Ilah dan para Kyai PKB dan NU Sidoarjo, yang datang ke Jakarta untuk menyampaikan hasil Istikhoroh para Kyai PKB dan NU yang menghasilkan H. Hadi Sutjipto sebagai cawabup pilihan Allah Swt.

Melihat hasil laporan tersebut, Muhaimin pun tertarik untuk bertemu dengan Hadi Sutjipto yang juga Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Sekwildakab Sidoarjo. Selain ingin berkenalan, keponakan almarhum Gus Dur itu juga ingin menyampaikan pesan agar Pak Tjip (panggilan akrab HadiSutjipto, red.) bersikap totalitas dalam membantu Syaiful Ilah maju ke Pemilukada dan membangun Sidoarjo yang kini perekonomiannya berada pada titik nadir.

Melihat Muhaimin memberi sambutan hangat dan menerima dengan tangan terbuka atas sosok Hadi Sutjipto sebagai Cawabup hasil Istikhoroh para Kyai, maka Syaiful Ilah pun sibuk menghubungi Pak Tjip untuk terbang ke Jakarta untuk dipertemukan dengan Muhaimin. Setelah berkali-kali gagal menghubungungi, maka saat berhasil menghubungi Pak Tjip. Dengan antusian Wakil Bupti Sidoarjo itu pun meminta Pak Tjip terbang ke Jakarta dan dijemput di Bandara Soekarno-Hatta, sembari mengantar rombongan para Kyai PKB dan NU Sidoarjo kembali.

”Saat bertemu di Bandara itu, Pak Syaiful langsung mengajak Pak Tjip untuk bertemu dengan Muhaimin. Menjelang Magrib, pasangan Cabup dan Cawabup itu pun bertemu dengan Muhaimin. Melihat waktu petemuan mereka yang ditadirkan Allah menjelang Magrib, saya yakin jika Pak Syaiful dan Pak Tjip merupakan pasangan yang mendapat amanah Allah untuk memimpin Sidarjo,” kata ustad muda yang senang bicara ceplas-ceplos ini.

Pertemuan Syaiful Ilah – Hadi Sutjipto dengan Muhaimin, diakui sumbernya di DPP PKB, berlangsung denga gayeng dan penuh canda tawa. Muhaimin seakan kenal akrab dengan Hadi Sutjipto, meski keduanya baru pertama kali itu bertemu. Dalam pertemuan itu, Muhaimin memberikan garansi ”akherat” jika pasangan Cabup-Cawabup dari PKB Sidoarjo yang maju ke Pemilukada Sidoarjo 2010 adalah Syaiful Ilah dan Hadi Sutjipto.

Sikap terbuka yang ditunjukkan politikus muda yang lemah dalam berbahasa Inggris, karena keberadaan Pak Tjip sebagai Cawabup dari Desk Pemilukada PKB merupakan hasil istikhoroh para Kyai PKB dan NU di Sidoarjo. Sehingga sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB, ia berkewajban untuk memuluskan sosok pilihan Allah itu.

”Saya ini hanyalah umat Allah Swt yang kebetulan mendapat amanah memimpin PKB. Karena itu, saya harus mendukung sosok pilihan Allah. Saya takut dengan amarah Allah jika mengambil keputusan yang bertentangan dengan keputusan Allah,” kata Gus Rahmat menirukan ucapan Muhaimin yang didengar dari sahabatnya di DPP PKB. (rza/vd)  
Read Full 0 komentar
 

© 3 Columns Newspaper Copyright by TRIBUNDAERAH.COM | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks