22 April 2010

Masyarakat Sidoarjo Perlu Waspadai Peserta Pemilukada


oleh Prima Sp Vardhana

PETA persaingan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Sidoarjo 2010 kian ramai dan bertabur jebakan untuk masyarakat Sidoarjo. Kondisi ini berpeluang membingungkan masyarakat kota petis itu. Terjebak memilih pasangan Calon Bupati– Wakil Bupati (cabup-cawabup) ataupun terpikat cabup yang tidak kapabel dan tendensius.

Terdorong oleh keinginan mengingatkan masyarakat Sidoarjo agar teliti dan waspada dalam memilih calon yang akan diberi amanah, maka H. Abu Bakar Yarbo yang dibesarkan dari dunia jurnalistik memberanikan diri ikut mencalonkan diri dalam kancah Pemilukada Sidoarjo 2010. Posisi yang dibidiknya (cukup, red.) tahta Calon Wakil Bupati. Kendati demikian, jargon ala pedagang sarung yang diusungnya sangat unik dan menarik, bahkan mampu membuat orang yang membacanya akan tersenyum simpul.

“Dijamin Tidak Palsu”. Itulah jargon yang ditawarkan pria berdarah Sulawesi Utara, yang telah menetap di daerah Magersari Sidoarjo sejak tahun 1995 ini. “Jargon pencalonan saya memang unik dan lucu, tapi jargon itu mengusung sebuah pesan moral yang sangat kuat,” katanya saat ditemui di seketariat PWI Jatim.

Pesan moral yang diusung jargon itu, menurut ia, agar masyarakat Sidoarjo tak gampang terpikat oleh rayuan “gombal” para calon cabup ataupun pasangan cabup-cawabup. Sebab rayuan “politis” yang ditawarkan mayoritas palsu.

Namun, harus mempertimbangkan bibit, bebet, dan bobot seorang cabup dan cawabup. Pasalnya kesalahan masyarakat Sidoarjo dalam membikan suara dukungannya pada 25 Juli nanti, secara faktual akan membuat arah kebijakan pemerintahan menjadi jauh dari rasa mengayomi, makani, nyandangi, dan mapani seperti yang dibutuhkan masyarakat Sidoarjo saat ini.

Masyarakat perlu melihat bibit cabup dan cawabup, menurut dia, untuk memastikan latar belakang cabup dan cawabup berasal dari keluarga baik-baik, bukan dari keluarga yang kental dengan masalah kriminal. Calon tersebut harus asli berdarah Sidoarjo, sehingga calon tersebut saat menjabat akan memiliki loyalitas pada Sidoarjo. Selain itu, sang calon harus memiliki latar belakang agama yang kuat. Bukan seseorang yang berkopiah dan mengemas keluarganya sebagai keluarga Islami, karena tengah mencalonkan diri.

“Kalau bibit calon tersebut sangat baik, saya yakin Sidoarjo akan dipimpin oleh sebuah pasangan yang loyal pada daerah dan takut mengambil kebijakan melenceng atau salah, yang harus dipertanggungjawabkan di akherat nanti,” kata Seksi Hubungan Antar Lembaga PWI Jatim ini.

Lolos dari seleksi alam pertama itu, para calon harus dilihat bebet-nya sebagai seorang manusia. Dengan melihat bebet-nya, masyarakat akan mengetahui kesiapan atau kondisi ekonomi cabup dan cawabup. Teknik ini secara tidak langsung akan menjadi sedikit jaminan moral buat masyarakat, bahwa status ekonomi kuat dan mapan cabup-cawabup berpeluang menghindarkan masyarakat dan pemerintahan dari sosok pemimpin yang rakus, egois dan korup demi memperkaya diri sendiri saat menjabat.

Selanjutnya dengan melihat bobot seorang cabup-cawabup, dikatakan, akan membuat masyarakat mengetahui akan kualitas individu dari sang calon. Misalnya, kualitas kemampuannya dalam memanaje permasalahan, kualitas intelektualnya, kualitas ibadahnya, juga kualitas-kualitas diri lainnya. Dari sisi bobot individu seorang cabp dan cawabup yang dilihat kualitas kemampuan, inteltualitas, dan agamanya ini, maka masyarakat akan mendapatkan jaminan sempurna akan sosok calon yang sempurna.

“Dengan mendapatkan calon yang kualitas bibit, bebet, dan bobotnya yang sempurna, maka Sidoarjo akan mendapat pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang punya loyalitas tinggi pada daerah dan memiliki jiwa ngayomi, ngingoni, dan mapani sebagaimana yang dibutuhkan masyarakat Sidoarjo saat ini,” ujarnya.
 
Komunikasi Politik

Bercengkerama dengan dunia politik di Jawa Timur buat seorang Abu, bukanlah sebuah hal baru. Sejak masuk Surabaya pada awal tahun 1988, bapak dari Faris Yarbo ini sudah dilekatkan oleh Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi Harian Memorandum (alm.) H. Agil H. Ali pada dunia politik di tingkat propinsi. Setiap hari berkewajiban menulis berita politik minimal tiga buah.

Tak pelak lagi, Abu memiliki banyak kolega di dunia politik dari tingkat Jatim hingga nasional, baik pimpinan partai atau pun sekadar seorang politikus. Kuatnya ikatan batin yang berhasil direnda pria bertubuh subur ini dengan para kolega politiknya, terbukti dari keterlibatannya dalam Organisasi Massa (Ormas) Kosgoro 1957 Jatim yang diketuai H. Yusuf Husni dan Pengurus Bidang Ideologi dan Politik Pemuda Pancasila Jatim yang dikomandani Ir. H. La Nyalla M. Mattalitti. Sebelum itu, ketajaman intelektualnya dalam berpolitik sudah terasa saat dia menjabat Seksi Infokom Himpunan Pengusaha Kosgoro 1957.

Kendati bibliografi politiknya sangat dekat dengan Partai Golkar, tapi profesinya sebagai wartawan membuat dia memiliki sikap yang profesional. Karena itu, kolega politiknya pun tak terkungkung di kalangan politikus Pohon Beringin. Dia juga memiliki cukup banyak sahabat dengan latar belakang partai yang variatif, baik dari PAN, PDI-P, Partai Demokrat, PKB, PKS, PKNU, Partai Gerindra, Partai Hanura, dan lainnya. Dus,

Keakrabannya dengan dunia politik di Jawa Timur itulah, salah satu pendorong Abu nekat terjun dalam kancah Pemilukada Sidoarjo 2010. Mengapa demikian. Menurut dia, karena mayoritas calon yang tampil dalam pesta demokrasi masyarakat Sidoarjo itu banyak yang “Palsu” dan tidak memiliki kapabelitas untuk dipilih sebagai Bupati Sidoarjo.

“Karena khawatir masyarakat Sidoarjo salah dalam memilih pemimpin daerahnya yang akan berdampak permasalahan di kemudian hari, maka saya pun mengunakan hak saya sebagai warganegara Indonesia untuk ikut mencalonkan diri. Jargon yang saya pilih pun harus unik, menarik, dan membuka sistem berfikir masyarakat Sidoarjo untuk memilih calon bupatinya dengan benar,” ujarnya dengan tersenyum.

Memang. Target penampilan dirinya kali ini tak harus jadi. Sebab dalam peta perpolitikan Sidoarjo, sosoknya merupakan muka baru. Namun, paling tidak dia memiliki peluang memberi terapi kesadaran pada masyarakat agar tidak salah pilih. Sehingga para cabup yang tidak kapabel, tendensius, dan berkarakter pemimpin palsu-palsu itu kehilangan peluangnya dalam memimpin Sidoarjo.

Kendati demikian, redaktur politik dan nasional Harian Memorandum ini terlihat serius dalam pencalonannya di Pemiluka da Sidoarjo 2010. Itu ditunjukkan oleh intensitasnya melakukan komunikasi politik dengan para petinggi parpol di Sidoarjo yang hingga kini belum memiliki “jagoan” yang akan ditawarkan ke masyarakat Sidoarjo.

Selain melakukan komunikasi politik, ternyata atribut banner Abu Bakar Yarbo sudah banyak bertevaran di seluruh pelosok Sidoarjo. Kemasan grafisnya yang ditawarkan juga sangat menarik. Ia tampil santai dala balutan baju koko berbahan kain sutra, dua tangannya mengacungkan ibu jari sebagai simbol keistimewaan dirinya dibanding calon lain.

"Jumlah baliho dan banner yang bertebaran di Sidoarjo, tidak saya ketahui dengan pasti. Sebab baliho-baliho itu sumbangan para sahabat. Yang saya ketahui hanya dering handphone, bahwa sahabat yang satu dan lainnya sudah masang baliho sumbangannya sambil tertawa-tawa,” katanya.

Strategi lain yang dilakukan adalah menyulap facebook dirinya sebagai media kampanye “partikelir” dengan hiasan foto, yang sama dengan balih dan banner yang bertebaran di seluruh kota petis.

Bagaimana jika nantinya gagal. Pria yang hobi traveling ini tak terlalu mempermasalahkan. Bagi dia, kegagalan adalah sebuah kesuksesan yang tertunda. Karena itu, pada suatu saat nanti keberhasilan terbaik pilihan Allah SWT pasti akan datang mendekapnya.

“Saya gagal dalam Pemilukada saat ini tidak ada masalah. Namun pesan saya, masyarakat Sidoarjo hanya memilih pasangan H. Syaiful Ilah dan H. MG Hadi Sutjipto. Sebab peserta Pemilukada Sidoarjo kali ini yang dijamin asli dan tidak palsu dalam mengabdi pada Sidoarjo cuma duet SUCI itu dengan saya, yang lain palsu semua dan tidak punya garansi untuk kemaslahatan warga Sidoarjo,” kata H. Abu ini mengunci pembicaraan. (vd

Biodata H. Abu Bakar Yarbo

Jenis Kelamin              : Laki-laki
Tanggal Lahir               : 12 Oktober 1962
Kota Asal                       : Bolaang Mongonow Utara, Sulawesi Utara - Indonesia
Status Hubungan       : Menikah
Istri                                 : Nurain Pontoh (42 th)
Anak                               : Faris Yarbo (14 th)
Agama                           : Islam

0 komentar:

Posting Komentar

 

© 3 Columns Newspaper Copyright by TRIBUNDAERAH.COM | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks